JAKARTA – Kasus penyiraman air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan genap setahun. Namun, belum juga terkuak siapa pelaku aksi teror yang merusak mata ‘pendekar’ antikorupsi itu.
Novel pun dirundung penantian agar kasus yang menimpanya bisa segera terungkap. Bahkan, berbagai informasi sekecil apapun sudah disampaikan Novel untuk mengungkap kasus tersebut, termasuk dugaan keterlibatan oknum jenderal. Novel terus bergerak mencari keadilan bukan hanya ke kepolisian, bahkan hingga ke Komnas HAM.
Novel memang tak ingin mengungkap oknum jenderal di kepolisian itu ke publik dengan alasan dirinya tak ingin mengganggu kinerja dari Komnas HAM. “Nanti kita lihat lagi. Saya tidak tidak ingin menyampaikan lebih jauh karena Komnas HAM sekarang sudah bekerja,” tutur dia.
Ia hanya menaruh harapan agar Komnas HAM kedepannya bisa menjadi kekuatan untuk melindungi orang-orang yang bekerja di dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.
“Dan tentunya kita berharap apa yang dilakukan Komnas HAM ke depan menjadi kekuatan juga untuk mendukung untuk agar tidak lagi teror-teror kepada orang-orang yang memberantas korupsi telah terjadi,” tuturnya.
Diketahui, Novel Baswedan mengalami kejadian disiram air keras saat pulang dari Salat Subuh berjamaah di masjid sekitar rumahnya kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada 11 April 2017. Akibat siraman air keras itu, mata Novel tak bisa melihat lagi.
Novel sudah menjalani dua kali operasi besar di Singapura. Pada operasi pertama, mata kanan Novel Baswedan mulai bisa melihat dan mengalami pemulihan yang signifikan. Operasi kedua pada Jumat 23 Maret 2018.
Banyak pihak menduga kasus teror air keras terhadap Novel Baswedan punya kaitan dengan sikap Novel yang gencar menyidik berbagai kasus korupsi besar yang melibatkan orang-orang berpengaruh.(red)