Bondowoso – Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur, Tri Wahyu Liswati mengatakan,angka stunting Bondowoso dari 32% turun menjadi 17% ini bukan perkara mudah.
” Bu Anis ini alto salto sehingga bisa 17 %, bisa jadi nanti tinggal 5 proses Alhamdulillah 32% turun menjadi 17% ini bukan perkara mudah permasalahan stunting menjadi prioritas nasional untuk diturunkan. Sehingga Pemprov pun hadir di tengah-tengah masyarakat untuk bisa memberikan bantuan spesifik agar bayi yang dilahirkan terhindar dari stunting,”paparnya.
Pemprov Jatim kata Dia, sangat perhatian terhadap seluruh program-program prioritas di provinsi .
Selain memberikan bantuan spesifik, pemerintah juga melakukan upaya jangka panjang melalui sosialisasi, advokasi yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso untuk memberikan akses pelayanan kesehatan selama kehamilan.
” Karena memang di dinas kesehatan tanggung jawab yang sama untuk mengawal kesehatan kehamilan ini sampai dengan melahirkan, ” lanjutnya.
Selain itu, pemerintah juga memberikan atensi terhadap angka kematian ibu (AKI). Bondowoso masih berada pada peringkat ketiga untuk angka kematian ibu. Menurutnya penyebab besar para ibu melahirkan dan mengalami kematian itu karena kekurangan gizi kronis.
” Kalau kita di Provinsi Jatim 17,7, di Kabupaten Bondowoso sudah 17%, ” terangnya.
Selain gizi, terdapat beberapa indikasi penting dalan upaya mencegah AKI, antara lain ukuran tinggi badan berat, badan lingkar lengan, lingkar kepala yang mempengaruhi terhadap proses persalinan.
” Jadinya kalau mengadvokasi, mensosialisasi, intervensi tugas kami di provinsi. Tapi untuk awal secara medis ini adalah kita kolaborasi dengan teman-teman dari dinas kesehatan, ” urainya.
Kepala Dinsos P3AKB Bondowoso Anisatul Hamidah menyampaikan Bondowoso dipilih untuk kegiatan ini itu artinya harus siap untuk maju ,harus siap untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas.
“Data di Kabupaten Bondowoso stunting Bondowoso tahun 2021 -2022 itu cukup tinggi menempati rangking tinggi di Jawa Timur karena memang salah satu pemicunya itu adalah tingginya angka perkawinan anak di Kabupaten Bondowoso ,” ulasnya.
Pada tahun 2019 kata Anis ada di kisaran 1.200-an tahun, 2019 tahun 2020 juga demikian turun, tetapi tidak signifikan sekitar 800-an tahun 2022 turun di angka 700-an tahun 2023 pada bulan Juli 2023 ada FPB bersama dengan pengadilan agama dan OPD maka tahun 2023 kemudian turun di angka 400-an 417 kemudian di tahun 2024 ada di posisi 170 untuk pengajuan dispensasi kawin .
“Mudah-mudahan dengan hadirnya ibu-ibu yang ada di sini tidak semakin menambah angka pengajuan dispensasi kawin di Kabupaten Bondowoso ,angka perkawinan anak memicu stunting karena memang ibu tidak siap untuk hamil,”katanya.
Setelah diedukasi dengan langkah-langkah bersama dengan pilar , membentuk SMK sekolah siaga pendudukan melalui SMK .
“Kemudian kita stressing setiap kelas itu kita tracing ada berapa yang tunangan ada berapa yang meningkat dan putus sekolah untuk kita trading Alhamdulillah hari ini berhasil,”imbuhnya.
Sementara itu PJ Bupati Bondowoso M.Hadi Wawan Guntoro mengatakan untuk mengurangi angka stunting berikutnya terutama ibu-ibu hamil semua harus sehat.
“Karena panjenengan sehat insya Allah bayinya juga sehat ,asupan gizinya harus cukup ya, kalau kenal empat sehat lima sempurna nggih apa saja itu ,satu ada sayurnya ada ikannya ada buahnya dan ada susu untuk 5 sempurnanya,” terangnya.
Hadi menekankan bahwa harus seimbang antara proteinnya yang dikomsumsi keinginannya terpenuhi suplemen untuk kesehatan dan jangan sampai kekurangan air.