FeaturedLensa NusantaraLife StylePariwisata & Budaya

Makna Simbolis Lempar Sirih dan Injak Telur pada Upacara Panggih Manten

Screenshot_2024-04-05-09-17-02-02_99c04817c0de5652397fc8b56c3b3817

Life Style – Pernikahan adalah salah satu cita-cita dan impian bagi banyak orang. Di era modern, berbagai pesta pernikahan telah banyak berkembang. Banyak pasangan yang lebih memilih prosesi  pernikahan modern karena lebih praktis. Walau tak jarang pula yang tetap menggunakan adat untuk merayakan hari bahagianya.

Meski melewati proses yang cukup panjang dan terbilang rumit,  pernikahan adat masih menjadi sorotan dan pilihan masyarakat luas. Misalnya adat khas suku Jawa yang memiliki tata cara khusus dalam mempertemukan pasangan setelah akad pernikahan berlangsung.Orang Jawa mengenalnya sebagai Upacara Panggih.

6728ecd88ab74cb1b023609657811a20
IMG-20240425-WA0040

Upacara Panggih merupakan salah satu dari sekian rangkaian acara adat khas Jawa yang jarang dilewatkan oleh pengantin Jawa. Upacara Panggih

dilakukan pada awal sebelum resepsi atau pesta pernikahan berlangsung dan dilakukan dari sebelum duduk di pelaminan sampai berada di pemainan, biasanya dilakukan siang hari setelah akad.

Kata Panggih dalam bahasa Jawa yaitu ‘bertemu’. Prosesi ini mempertemukan mempelai pria dan wanita sebagai sepasang suami istri setelah sah secara agama dan pencatatan sipil dilakukan. Panjangnya ritual Upacara Panggih  bukanlah tanpa alasan, berbagai ritual tersebut memiliki makna dan doa baik untuk kehidupan berumah tangga.

iklan dalam

Untuk Upacara Panggih, orang tua dari mempelai pria tidak boleh ikut. Memakai pakaian tradisional khas Jawa, kedua mempelai dipertemukan. Pengantin pria membawa pisang raja sebagai tanda bahwa dia telah siap, lalu ia berjalan menghampiri pengantin wanita didampingi dua orang saudara atau teman akrab orang tuanya yang membawa payung.

Setelah itu, Upacara Panggih diawali dengan balangan gantal sirih (sirih yang diikat dengan benang putih). Pengantin pria dan wanita saling melempar gantal sirih tersebut. Ritual ini melambangkan bertemunya perasaan atau melempar hati. Menurut kepercayaan masyarakat, daun sirih dapat mengusir makhluk jahat, yakni dapat membuat makhluk yang menyamar sebagai pengantin kembali ke bentuk aslinya.

Kemudian pengantin pria akan menginjak sebutir telur mentah sebagai tanda bahwa keduanya berharap memiliki keturunan. Ritual ini bernama ngidak tagan atau nincak endog. Setelah itu, pengantin wanita akan membasuh kaki pengantin pria sebagai wujud bakti dan kasih sayangnya.

Lalu kedua mempelai berpegangan tangan dengan jari kelingking. Ibu pengantin wanita akan menutup bahu keduanya dengan kain berwarna merah dan putih dan diantar menuju pelaminan oleh sang Ayah pengantin wanita. Ritual ini disebut sinduran. Dalam ritual ini bermakna Ayah yang mengantar menunjukkan pasangan supaya menjalani hidup yang baik, sedangkan sang Ibu memberi semangat.

Sampai di pelaminan, kedua pengantin duduk di pangkuan Ayah dari pengantin wanita. Nantinya sang Ibu akan bertanya kepada Ayah siapa yang lebih berat, lalu Ayah akan berkata berat dari keduanya sama saja. Ritual yang dinamai bobot timbang ini dimaknai bahwa sepasang pengantin sepadan dan tidak ada perbedaan.

Selanjutnya, keluarga akan bergiliran meminum rujak degan yang berasal dari daging dan air kelapa muda yang bertujuan untuk membersihkan seluruh keluarga. Lalu dilanjutkan dengan kacar kucur yang dilakukan pengantin pria yang mengucurkan uang logam, beras, dan biji-bijian kepada pengantin wanita. Ritual yang satu ini sebagai simbol bahwa pengantin pria akan bertanggung jawab penuh kepada keluarganya kelak.

Kemudian dilanjutkan dengan suapan nasi kuning dan lauk pauk antara pengantin pria dan wanita, sebagai tanda bahwa mereka akan selalu menolong satu sama lain dan saling menyayangi hingga tua. Seluruh prosesi Upacara Panggih akan diakhiri dengan sungkeman. Yang mana pasangan tersebut akan berlutut di depan kedua orang tua masing-masing dan orang tua pasangannya. Hal tersebut sebagai penghormatan terakhir karena telah membesarkan mereka, sebelum menjalankan bahtera rumah tangga sebagai suami istri.

Prosesi Upacara Panggih berakhir, dan kedua mempelai kembali ke pelaminan untuk menerima ucapan selamat dari para tamu yang datang. Walaupun rumit dan terkesan tidak praktis, masyarakat Suku Jawa percaya bahwa Upacara Panggih dan rangkaian ritual adat pernikahan lainnya begitu sarat akan makna yang baik untuk kehidupan pernikahan mereka.

IMG-20240429-WA0000
67f1cfdb785348099fb80d095209944c

Related posts

Ratusan Warga Desa Wangkal Probolinggo Terima BLT

PWI Pamekasan TTD MoU dengan MA Darul Ulum Banyuanyar

Anak Yatim Piatu dapat Santunan dari Yayasan Al Firdaus Wal Jannah

error: Content is protected !! silahkan di menghubungi admin jika ingin copy conten ini ... terima kasih