UNEJ Kembangkan Inovasi Sektor Holtikultura Salah Satunya Bawang Merah

Oplus_131072

Jember – Bawang Merah jenis Rubaru yang merupakan tanaman lokal masyarakat utara Kabupaten Sumenep, namun dikembangkan di Desa Pakandangan Sangra Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep, Jawa Timur kini jadi primadona.

Betapa tidak ,Fakultas Pertanian Universitas Jember terus berinovasi dalam mengembangkan sektor Holtikultura, salah satunya pengembangan tanaman Bawang Merah.

Prof. Soetriono  Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember, mengatakan bahwa daerah tersebut merupakan lahan marginal dimana unsur tanahnya banyak bebatuan yang tidak layak untuk ditanami tanaman bawang.

“Tanaman bawang merah ini sebenarnya varietas lokal yang biasa ditanam di wilayah utara sumenep, dimana wilayah itu memiliki kesuburan cocok untuk tanaman itu, berbeda dengan wilayah Pakandangan adalah wilayah selatan Sumenep, dimana unsur tanahnya banyak unsur bebatuan” ujar Soetriono Selasa (7/5/2024).

Dikatakan bahwa metode penelitiannya, untuk analisa tanah meliputi C-Organik, PH, NPK Tanah dan kadar air tanah yang di bagi menjadi 7 perlakuan diantaranya, unsur organik dalam tanah, komposisi Pupuk, tata cara Budidaya, analisa usaha tani dan strategi pengembangannya.

“Oleh karena itu, untuk mengembangkan sektor ini membutuhkan keseriusan para petani dan dukungan semua pihak, agar pengembangan di sektor ini berlanjut dan petani dapat menerima manfaatnya secara langsung” ujar Soetriono.

Menurutnya, dalam penelitian ini Universitas Jember bekerjasama dengan Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Timur yang mempunyai tujuan yang sama dalam hal mensejahterakan taraf hidup para petani yaitu sektor holtikultura.

“Saya berharap peran pemerintah dan perguruan tinggi khususnya Universitas Jember dapat terus bekerja sama dalam upaya mensejahterakan petani,”tegasnya.

Sementara itu,  M. Yusqi Elfahmi, ST. Sub. Kor. Bidang Tani dan Kelautan, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur mengatakan, pada dasarnya sektor pertanian di Jawa Timur relatif berfariasi dan ada regionalisasi, oleh karenanya hal tersebut Bappeda Jawa Timur tidak dapat melakukannya sendiri, perlu tenaga ahli untuk melakukan penelitian.

“Potensi Agro kita sangat besar, tentu kami tidak bisa melakukan sendiri untuk rekomendasi optimalisasi, tentu kami bermitra dengan UNEJ, dan alhamdulillah kami lihat hari ini apa yang telah dilakukan oleh para peneliti (Faperta UNEJ) dapat menjadi rekomendasi kepada para petani,” paparnya.

Dijelaskan bahwa secara makro dari data analisis,  30 persen lebih masyarakat Jawa Timur masih tergolong masyarakat agro.

“Jadi agro ini merupakan sektor yang menampung sepertiga di Jawa Timur, jadi yang harus kita unggulkan adalah sektor agro ini termasuk di Madura, semoga apa yang telah dikerjakan oleh para peneliti ini bermanfaat bagi para petani,” papar Yusqi.

Basuki Rahmat, salah satu Anggota Kelompok Tani (Poktan) Nurul Jannah, kala ditemui tim humas Universitas Jember mengatakan, uji coba dan penelitian ini sangat penting, mengingat kondisi tanah yang ada di wilayahnya merupakan tanah tandus sehingga perlu adanya pembinaan dan tata kelola yang baik untuk mendapatkan hasil yang diinginkan kelompoknya.

“Sebetulnya potensi utama di sini adalah cabe jamu kemudian jagung, kacang ijo dan mulai tahun 2014 kami kembangkan budi daya tanaman kelor (maronggi), ada 100 hektar lahan yang kami siapkan untuk mendukung penelitian ini, yang masih di gunakan sekitar 1 hektar lahan,” tutur Basuki.

Ia pun berharap dengan adanya penelitian tentang pengembangan tanaman bawang merah saat ini yang dilakukan oleh Universitas Jember dapat meningkatkan kesejahteraan para petani. (*)

Related posts

Ketua KPU Bondowoso Lantik 115 PPK untuk Pilkada 2024

Ketua DPC PKB Bondowoso Mengaku Belum Kantongi ” Ijin Tertulis ” Bacabup Pilkada 2024

“Semalam di Desa Kretek” Cara Pemkab Bondowoso Dekatkan Layanan bagi Masyarakat