Tradisi Jawa di Bulan Rajab

ORANGJawa selalu punya adat dan tradisi turun temurun untuk memperingati momen-momen tertentu. Tak terkecuali saat bulan Rejeb (Rajab) seperti sekarang.

Rajab adalah bulan ketujuh dalam penanggalan hijriyah dan penanggalan Jawa. Umat Islam di seluruh dunia merayakan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW, yaitu pada saat Rasulullah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina) dengan Buraq, dan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha menghadap Allah SWT.

Di masyarakat Jawa, ada berbagai upacara adat yang digelar di bulan Rajab. Berikut penelusuran redaksiKultursuaramerdeka.com.

1.Ritual Peksi Buraq

Upacara ini digelar Keraton Yogyakarta untuk memperingati peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Peksi Burak dibuat menggunakan buah dan kulit jeruk bali. Kulit tersebut dibentuk dan diukir menyerupai badan, leher, kepala, dan sayap burung. Burung jantan diberi jengger (pial) untuk membedakannya dari burung betina. Masing-masing Peksi Burak akan diletakkan di atas sebuah susuh atau sarang, yang dirangkai dari daun kemuning sebagai tempat bertengger. Peksi Burak dan susuh ini diletakkan di bagian paling atas dari pohon buah, dengan disangga oleh ruas-ruas bambu.

2.Rajaban Dukuh Wonosari

Upacara adat Rajaban biasanya dijatuhkan pada Jum’at Kliwon bulan Rajab. Adat ini masih dipertahankan dengan acara kenduri satu dusun. Setiap warga yang datang wajib membawa kemenyan untuk dibakar di makam yang dianggap keramat. Warga juga wajib membawa ayam ingkung, ketan, nasi tumpeng, lauk dan buah pisang untuk dinikmati bersama. Dalam Rajaban ini juga diisi dengan acara pembacaan tahlil dan diakhiri dengan do’a.

3.Nyadran

Nyadran merupakan salah satu tradisi dalam menyambut datangnya Ramadhan. Nyadran biasanya dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya’ban. Dalam ziarah kubur, biasanya peziarah membawa bunga, terutama bunga telasih. Seusai berdoa, masyarakat menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan yang telah digelari tikar dan daun pisang. Makanan yang dibawa harus berupa makanan tradisional, seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, urap sayur dengan lauk rempah, prekedel, tempe dan tahu bacem, dan lain sebagainya.

4.  Tingalan Jumenengan Dalem Keraton Surakarta Hadiningrat setiap 25 Rajab

Acara ini dilaksanakan untuk memperingati naiknya Tahta Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Tingalan Jumenengan Dalem Keraton Surakarta Hadiningrat sarat dengan budaya Mataram. Mulai dari tempat jumenengan yang penuh filosofi, tarian Bedhaya Ketawang, kirab budaya, serta paesan.

5.Malam Baro’atan (Beratan)

Tradisi Malam Beratan dikenal diKecamatan Kalinyamatan dan Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara. Tradisi ini bisa dibilang unik, karena warga setempat akan membuat lampion dan berbagai kreasi mobil-mobilan yang terbuat dari kerangka bambu berlapis kertas minyak transparan. Anak-anak kecil dan muda-mudi biasanya pawai keliling kampung untuk ikut memeriahkan malam Beratan ini.

6.Tradisi Ambengan

Tradisi ini dilakukan warga sebagai bentuk syukur atas berkah yang diberikan Allah di bulan Rejeb. Pelaksanaan Ambengan digelar pada hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Warga akan datang berbondong-bondong membawa sedekah makanan ke masjid maupun mushola.

Related posts

Ketua KPU Bondowoso Lantik 115 PPK untuk Pilkada 2024

Ketua DPC PKB Bondowoso Mengaku Belum Kantongi ” Ijin Tertulis ” Bacabup Pilkada 2024

“Semalam di Desa Kretek” Cara Pemkab Bondowoso Dekatkan Layanan bagi Masyarakat