Beranda Lensa Nusantara Perjalanan Jaranan Barong Jember

Perjalanan Jaranan Barong Jember

IMG-20250408-WA0090

Jember – Seni Jaranan Barong Jember semakin marak betapa tidak ,sejak diadakannya pertunjukan pagelaran seni Bolosrewu Jaranan Barong diawal 2017 yang bertempat dipantai Payangan – Jember animo masyarakat terhadap kesenian ini semakin besar.

Pagelaran kolosal yang didukung 350 talent dari berbagai sanggar komunitas dan kelompok seni tradisi di Jember tersebut memukau banyak penonton.

Inisiator pagelaran tersebut asalah DKJ – Dewan Kesenian Jember, dan Budayawan kawakan Iwan Kusuma.Pelaku dan pegiat seni di Jember ini bertindak sebagai sutradara.

Pilihan konsep pertunjukan kolosal lebih memberi ruang keterlibatan para pelaku seni tradisi di Jember, sekaligus sebagai pilihan media candradimuka.

Penyatuan ide dan gagasan dari para pelaku seni tradisi ini akan“bertiwikromo” menjadi kekuatan yang dahsyat mendukung pelestarian seni tradisi jaranan Jember

Momen pagelaran juga menjadi titik awal geliat seni tradisi Jember, bahwa seni tradisi masih bisa bersaing dalam melibatkan masyarakat setelah JFC – Jember Fashion Carnaval.

Apresiasi dari beberapa kalangan seni tradisi bermunculan hingga bermuara pada niatan menjadikan agenda rutin tahunan di Jember.

Usulan sebagai agenda tahunan itu pun mendapat respon antusias dari komunitas Jaranan. Maklum, selama ini mereka merasa tidak pernah disentuh dan diopeni oleh stakeholder yang mendapat mandat nguringi seni tradisi Jaranan.

Maka, saat dilaksanakan pagelaran seni jaranan BOLOSREWU di awal tahun 2018, komunitas jaranan merasa menjadi tuan rumah dan saling bergotong royong mensukseskan acara tersebut.

Interaksi antar komunitas seni tradisi jaranan tidak berhenti pada pelaksanaan pagelaran, tetapi berlanjut dengan membangun komunikasi, saling mengenalkan diri dan saling mengunjungi antar pegiat sanggar dan komunitas seni tersebut.

Diskusi tentang Jaranan Barong pun muncul antara mereka menuju pemahaman tentang sejarah seni jaranan barong di Jember.
Mereka pun menyadari bahwa jaranan barong yang mereka geluti memiliki ragam, corak dan sejarah yang berbeda beda, tetapi tidak saling meniadakan.

Beberapa model jaranan yang berkembang di Jember adalah yang model Kediri-an, Tulungagung-an , Nggalek-an, Banyuwangi-an , Malang-an dan ada pula Jember-an.
Mengapa ada istilah yang menunjuk nama kota? Apakah penandaan itu menunjukkan kekhasan model jaranan di kota tersebut? Apa yang menjadi pembeda?Benar. Penamaan yang bersandar pada nama kota biasanya berkaitan dengan sejarah awal perkembanganvsebuah model jaranan.JarananJemberan danTulungagungan misalnya, bersumber dari sejarah awal perkembangan model jaranan di 2 kota tersebut. Dan tentu saja ada kekhasan di tiap model jaranan tersebut.

Ada beberapa perbedaan yang mudah terlihat, jika membandingkan jaranan Tulungagungan danbJemberan Diantaranya,pertama, bentuknya ndas atau kepala caplokan Jemberan menyerupai buaya, sementara barongan Tulungagung menyerupai ular naga ada yang buto atau bajulan tidak berambut.

Kedua, dadag barong Jemberan biasanya digambar dengan motif butho (raksasa), sementara dadag barong Tulungagungan berukir tatah dengan motif butho penuh ukiran, dengan dominasi warna dadanya merah putih hitam sedikit kuning.

Pembeda yang lain adalah barong Jemberan tidak menggunakan asesori pentul pentul dihidung caplokan, sedang barong Tulungagungan memiliki asesori pentul yang menjulur dari hidung caplokan (sepertinya ingin mengesankan adanya semburan upas (bisa) naga yang keluar dari hidung.

Pada sisi kain pelengkap, barong Jemberan biasanya hanya menggunakan kain penutup barong saja dengan motif kain dua
atau tiga warna yang dirempel-rempel.

Beda lainnya, kain penutup barong (kemul) Jemberan bagian depan lebih pendek dari pada yang belakang. Celana dan pakaian yanh dipakai pembarong tidak harus satu motif dan model dengan warna kemul.

Sementara barong kulonan atau Tulungagungan lengkap satu paket (motif dan warna) antara kemul, celana dan pakaian pembarongnya.

Saat atraksi, sipembarong “ndadi” (trance), jaranan Jemberan lebih menunjukkan koreo keras dalam bentuk barong dihantamkan kebagian perut atau pun paha pembarong sendiri. Sedang barong Kedirian dan Tulungagungan tidak menampilkan ciri khas seperti itu.

Dalam barong kulonan,focus cerita bersumber pada dongeng perjuangan naga baru klinting, sementar abarong Jemberan mengangkat tema keangkara murkaan yang harus dikalahkan.

Bahkan dulu, tari barong Jemberan ada pemain penuntun yang bertugas ‘menggembalakan barong’ .Sehingga ada ujaran sesepuh jaranan Jemberan, bahwa ” awak dewe iki seneng angon timbang lelakon”.

Sementara di Jember sendiri, istilah kulug, badong , dadag – penamaan yang menyebutkan hiasan kulit atau sejenisnya yang berada dikepala barong, memiliki penyebutan yang berbeda.

Hiasan kepala barong di Jember, jika dilihat dari bahannya, ada yang dari kulit ataupun dari bahan plastik talang, tetapi kebanyakan dari plastik talang.

Sementara hiasan kelapa pada barongan Jember bermotif gambar yang sederhana, bahkan dengan bahan pewarna seadanya. Kesan yang muncul justru jauh dari nilai artistik tetapi aura magisnya yang kelihatan dominan

Seperti menonjolkan kekuatan fisik dan kegarangan barongan dan pelaku itu sendiri. Apalagi bahan kepala barongan di Jember lebih memilih kayu yang kuat agar tidak rusak atau terbelah bila dimainkan atraksi keprukan.

Jenis kayu pilihan antara lain kayu waru dan kayu nangka. Kalaupun tidak menemukan lagi, pelaku seni tradisi di Jember tidak terlalu mempermasalahkan, kayu seadanya pun digunakan. Yang terpentinya dalah mengekspresikan gairahbseni.

Karena barongan Jemberan memang dimainkan dengan fragmenatraksi dikeprukan, maka sudah sewarjarnya barong Jemberan.

Beratnya sampai dengan 10 kilogram bahkan ada yang lebih. Inilah kekhasan jaranan barong, khususnya barong Jemberan.

Nah!
Komunitas Bolosrewu sebagai pendukung pagelaran tahunan Bolosrewu Jaranan Barong, mengusung niat dan tujuan agar para pegiat seni tradisi jaranan merasa memiliki kekhasan jaranan barong jemberan. Serta menjadi pendukung pelopor pagelaran rutin tahunan Jaranan di Jember, dan selanjutnyacdi JawaTimur.

Olehkarena itu, diperlukan adanya pengembangan kapasitas komunitas Bolosrewu. Perlunya pengembangan pembahasan seni tradisi lainnya, hingga tidak hanya fokus pada barong caplokan, tetapi juga seni rumpun jaranan lainnya. Seperti barongsai, tari, tak-butaan, can-macanan, hadrah macapat, serta patrol, yang di rangkai dalam satu tema pertunjukan.

Pengembangan kapasitas yang dimaksud, termasuk didalamnya peningkatan kapasistas sumber daya manusia – SDM berbentuk pelatihan dan workshop penguatan daya kreasi pelaku dan tim produksi serta event management.

Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah pendataan pelaku danpegiat senitradisi.Demikian juga dengan kebutuhan penguatan keorganisasian untuk para sanggar dan komunita senitradisi, khususnya optimalisasi sumber daya yang dimilikikomunitas demi kelancaran pencapaian tujuan adanya komunitas Bolosrewu. Termasuk beberapa faktor teknis yang perlu ditingkatkan kualitaspemahaman, danpelaksanaanya.
Terakhir, kebutuhan membangun jejaringan munitas dan pelaku seni tradisi di Jember. Jejaring dibutuhkan sebagai bagian dan pengembangan komunitas senitradisi, maupun komunitas Bolosrewu. Termasuk di dalamnya, pelaksanaan pagelaran rutin tahunan, Seni Jaranan Bolosrewu.

*)Iwan Kusuma, kreator Bolosrewu Jaranan Barong Jember, tinggal di Jember

1744129950993