Beranda Lensa Nusantara Jalanan Bak Kota Mati, Puluhan Pedagang Pujasera Situbondo Harus Ikhlas Menjual Barang...

Jalanan Bak Kota Mati, Puluhan Pedagang Pujasera Situbondo Harus Ikhlas Menjual Barang di Rumah Demi Menyambung Hidup

IMG-20250408-WA0090

Situbondo – Jalanan lengang di seluruh kawasan kota Situbondo, tidak terkecuali jalan di depan mesjid Albror.

Jalanan di depan mesjid Al-abror adalah akses pintu masuk ketika semua pembeli dan pengunjung kawasan pusat jajanan sehat murah (pujasera) yang berlokasi di tengah Alun-alun yang dulu ramai dikunjungi.

Namun tidak lah demikian sekarang. Kini pintu masuk jalan akses tersebut diberi sekat separator berwarna oranye dari dinas perhubungan sepanjang kurang lebih 7 meter dari kiri ke kanan atau yang memanjang dari sisi jalan timur ke barat.

Kalau siang hari tampak melompong, sesekali tampak sebutir debu terbang diterjang angin. Dan jika malam, hanya gelap mendominasi pandangan mata, bak kota mati tidak berpenduduk.

Pada saat ini, para penghuni kawasan pujasera yang dulunya, sebelum situasi pandemi COVID-19 dan PPKM Darurat penuh semangat berjualan karena ramainya para pembeli dan pengunjung, kini mereka harus pindah berjualan di luar pagar Alun -alun di atas trotoar, atau tepatnya, mereka berjualan minuman di depan kantor Lapas Situbondo.

Saat diwawancarai sejumlah awak media, Ketua Paguyuban Pedagang Pujasera Situbondo, Didik, melontarkan kalimat amat prihatin.

“Ya mau bagaimana lagi jika situasi nya kalau sudah kayak gini. Tetapi saya masih berharap kebijakan kepada pemerintah agar akses jalan menuju depan mesjid Al-abror itu agar dibuka, supaya saya para pengunjung dan pembeli bisa masuk dan mampir di kawasan pujasera. Kami sangat prihatin dengan nasib teman – teman yang sudah banyak menjual barang – barang nya di rumah demi menyambung hidup untuk keluarga nya,” ujarnya kemarin di warung kopi milik temannya Tolak Atok.

Sementara itu, saat mendengar keluhan dari Tolak Atok sang pedagang minuman kopi juga memberikan pengakuan yang sangat memprihatikan.

“Sejak ada PPKM Darurat saya berjualan di atas trotoar mas tapi di sini gak ada yang mampir dan membeli kopi, masukan rejeki saya sehari hanya sepuluh ribu, terus untuk menyambung kebutuhan saya terpaksa menjual sepeda,” papar Tolak Atok lugas. (Anies)

1744129950993