FeaturedLensa NusantaraPariwisata & BudayaPertanian

Tradisi Bubak Bumi Turun Temurun Tanda Memasuki Musim Tanam

Screenshot_2024-06-16-16-20-23-29_c37d74246d9c81aa0bb824b57eaf7062

Banyuwangi – TradisiĀ  Bubak Bumi sebagai tanda memasuki awal musim tanam bagi para petani Banyuwangi.

Dalam tradisi ini petani menggelar doa bersama di Dam Karangdoro, Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, Senin (31/10/2022).

Salinan dari Salinan dari Salinan dari Black Modern Music News Headline Instagram Post_20231029_070314_0000

Bubak bumi merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan petani untuk mengawali musim tanam.

Bubak bumi ini diikuti warga yang tinggal di 8 kecamatan yang dialiri sungai Kalibaru, antara lain Kecamatan Tegalsari, Bangorejo, Pesanggaran, Siliragung, Cluring, Purwoharjo, Muncar, danĀ  Tegaldlimo.

Dalam catatan sejarah, Dam Karangdoro pernah mengalami kerusakan parah akibat banjir bandang yang tahun 1929.

Kejadian tersebut lantas dikenal dengan sebutan ā€˜Tragedi Mblabur Senin Legiā€™. Itulah sebabnya mengapa Bubak Bumi dilaksanakan pada hari Senin.

Wakil Bupati Banyuwangi Sugirah mengatakan keberadaan Dam Karangdoro vital sebagai irigasi areal persawahan di 8 kecamatan tersebut. Festival Bubak Bumi, diselenggrakan sebagai upaya mengenang berdirinya Desa Kandangdoro.

“Dam Karangdoro ini melayani kebutuhan air pertanian sehingga produktivitasnya terus meningkat. Dam ini dibangun pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1921, diaman pimpinan proyeknya adalah orang Indonesia asli, Ir Sutedjo,” papar Sugirah, Senin (31/10/2022).

Ditempat yang sama Kepala Dinas PU Pengairan, Guntur Priambodo mengatakan, Dam atau Bendung Karangdoro adalah sungai yang mampu mengairi baku sawah terbesar di Banyuwangi dan Jawa Timur. Dam Karangdoro mampu mengairi laha seluar 16.165 hektar, yang ada di 8 kecamatan.

ā€œBaku sawah yang dilayani Dam Karangdoro ini terbesar di Banyuwangi dan Jawa Timur, luasnya capai 16.165 hektar,ā€ jelasnya.

Festival Bubak Bumi 2022 dimanfaatkan untuk sosialisasi tata tanam global. Dalam rencana tata tanam global itu telah ditetapkan neraca air yang ada di masing-masing DAS.

“Sudah dihitung berapa debit air, kapan harus ditanami, sampai kapan tidak boleh tanam. Sehingga hasilnya akan optimal bisa dinikmati secara adil dan merata,” tandas Guntur.

Festival tersebut diakhiri dengan tabur bunga bersama sebagai penghormatan bagi mendiang Ir Sutedjo. Setelahnya dilakukan prosesi menuangkan dawet ke sungai sebagai harapan agar air melimpah ruah dan alirannya bisa menyuburkan pertanian. Kemudian masyarakat menikmati makan tumpeng sejumlah 70 tumpeng sebagai tanda syukur kepada sang pencipta.

Salinan dari Salinan dari Salinan dari Salinan dari Black Modern Music News Headline Instagram Post_20231029_082045_0000

Related posts

Sosialisasi PPKM di Dusun Karang Kenek, Warga Dapat Bantuan

Pasca Banjir Rob di Pesisir Pandean, Warga Situbondo dan Banyuwangi Gelar Baksos

Jumlah Warga Terpapar 2319, Aparat Gabungan Tak Kendor Ingatkan Warga Terapkan Prokes di Tempat Wisata Situbondo

error: Content is protected !! silahkan di menghubungi admin jika ingin copy conten ini ... terima kasih