Jakarta – Kementerian Pertanian (Kementan) meminta satuan kerja daerah hingga petani mulai rutin memantau data-data perubahan iklim. Terutama data yang disampaikan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipasi dalam menghadapi potensi perubahan iklim di tahun 2023 yang akan datang. Demikian disampaikan Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi dalam keterangan persnya, Selasa (13/12/2022).
“Secara garis besar yang harus dilakukan terhadap perubahan iklim ini adalah memantau kondisi data-data dari BMKG,” kata Suwandi. Suwandi menyebutkan, data BMKG itu biasanya menyajikan berbagai prakiraan cuaca hingga curah hujan pada berbagai daerah.
Sehingga, dari data tersebut satuan kerja di tingkat daerah dan petani bisa bersama melakukan analisis. Kemudian menyiapkan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) terhadap potensi perubahan iklim yang ada.
“Selalu yang pertama membangun Early Warning System. Bahkan kita sudah sistem online, ada,” ucapnya.
Suwandi menekankan, langkah antisipasi juga harus bebarengan dengan tindakan konkret, seperti pembentukan satuan tugas penanganan banjir. Kemudian penggunaan benih-benih unggul sesuai musim, menyiapkan sarana dan prasarana penanganan banjir.
“Di saat kemarau supaya ada penampungan-penampungan airnya bisa digunakan. Jadi air menjadi kunci utama dalam hal penanganan dampak perubahan iklim,” ujarnya.
Selain itu, Suwandi juga meminta agar para petani mendaftarkan asuransi untuk pertaniannya. Sehingga ketika terdampak karena cuaca petani mendapatkan klaim atau ganti.
“Kemudian kelima gunakan teknologi, termasuk teknologi di hulu on farm dan di hilir, kenapa?. Kalau musim hujan butuh dryer, butuh pengering, panennya supaya cepet,” katanya.