Beranda Pertanian Situbndo Kembangkan Sorgem Untuk Bahan Pangan Alternatif

Situbndo Kembangkan Sorgem Untuk Bahan Pangan Alternatif

IMG-20250408-WA0090

 
Situbondo – Sorgem adalah bahan pangan alternatif untuk antisipasi jika adanya krisis pangan global.
Hal itu untuk memenuhi permintaan masyarakat akan sorgem yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis pangan ini memang belum terlalu dikenal oleh masyarakat, tapi bisa dijadikan pangan alternatif karena mempunyai gizi yang lebih tinggi dari beras.
Bupati Situbondo H.Dadang Wigiarto SH saat ditemui awak media di lokasi panen raya sorgem di desa Ketoan, Kecamatan Arjasa mengatakan bahwa,
“Sorgem itu banyak manfaatnya mulai dari bulir bisa dijadikan tepung sorgum memang ada tehnisnya supaya punya kualitas sejajar dengan tepung-tepung yang lain seperti tepung terigu, mokap itu supaya punya potensi yang tinggi. Kami telah membagi tugas kepada teman – teman ekober ( ekonomi kebersamaan) untuk melakukan uji coba. Kemudian batang sorgum itu bisa digunakan untuk pakan ternak sapi, kambing, dan saya sudah uji coba sendiri melalui mesin coper namanya itu bisa dijadikan silase pakan ternak untuk daya tahan tahunan. Jadi pakan tersebut bisa disimpan lama dan tidak berubah bentuknya kalau tidak terjadi kebocoran, maksudnya kebocoran yang disebabkan plastik pembungkusnya dimakan oleh tikus plastik, kalau itu terjadi kebocoran. Banyak petani tertarik tapi masih ragu – ragu menanam sorgum karena pemasarannya khawatir mereka tidak ada,” ujarnya kemarin.
Menyikapi hal itu Bupati Dadang memang belum mengajak masyarakat petani secara besar-besaran.
“Kami hanya mengajak kepada para petani tertentu yang mempunyai ketangguhan modal dan ketangguhan mental, dann yang mempunyai misi perjuangan untuk memperjuang kan orang lain” terangnya.
Dan batangnya bukan hanya untuk pakan saja, batangnya itu juga bisa diambil niranya, niranya bisa dijual untuk dibuat es sorgum, tetapi kelebihan dari batang sorgum itu niranya bisa digunakan jadi gula merah dan setelah gula merah nanti kita tingkatkan menjadi gula semut” jelasnya.
Tetapi kita masih belum besar-besaran, karena kalau berbicara besar-besaran cakupan perluasan tanaman sorgum ini harus ribuan hektar lahan” urainya
Baru sekitar 20 hektar yang sudah ready jalan, dan dari 20 hektar itu target kita menjelang akhir tahun nanti bisa ditanam jadi ribuan” tambahnya.
Kalau melihat hubungan2 yg telah kita lakukan di super market kemasan 1 kg sorgum ada yang jual 35 ribu sampai 45 ribu/ kg. Kalau dijual secara curat tentunya lebih murah, tapi intinya sorgum ini nilai ekonomisnya tinggi” jelasnya
Selain pemanfaatannya banyak, ya bisa jadi tepung, bisa jadi gula merah dan bisa jadi es sorgum bahkan bisa jadi etanol, bahkan yang etanol sudah berhasil membuat kadar etanol 70% sudah berhasil dalam percobaan, nah ini mau kita tingkatkan ke kadar etanol 90%” pungkasnya.
Bupati Situbondo H.Dadang Wigiarto SH di dampingi Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Situbondo Hj.Umy Khulsum SH hadir dalam panen raya sorgum di desa Ketoan, Kecamatan Arjasa. Juga turut hadit Tim Ekober ( Ekonomi kebersamaan ) Kabupaten Situbondo, camat Arjasa dan Kades Ketoan dan jajarab mantri dan PPL pertanian. Dan juga turut mendampingi Bupati Kepala DTPHP dan Kepala DPKH Kabupaten Situbondo.
Diarea lahan seluas 1,2 hektar dengan penanaman bibit sorgum jenis varietas super 1, untuk pengembang an tanaman pangan alternatif.
Sementara itu Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holticultura dan Perkebunan, Kab Situbondo, Jawa Timur, Ir. Sentot mengatakan,” panen raya sorgum di desa Ketoan untuk pengadaan dan pengembangan pangan alternatif non-beras.
Hal itu untuk meme nuhi permintaan masyarakat. Maka dari itu kami mencari pangan alternatif, yang mempunyai kadar gizi sama, bahkan lebih tinggi salah satunya sorgum, Jenis pangan ini memang belum terlalu dikenal, tapi bisa dijadikan pangan alternatif karena mempunyai gizi yang lebih tinggi dari beras,” kata Sentot .
Kamis (16/7/2020).
Menurutnya, Situbondo, Meskipun tidak pernah kekurangan persediaan, apalagi sampai langka beras, tetapi antisipasi kekurangan pangan harus dilakukan. Terlebih pertumbuhan manusia tidak sebanding dengan luas lahan produktif yang ada. Sehingga dikhawatirkan persediaan berkurang.
Maka dari itu, DTPHP terus berinovasi dengan instansi lainnya seperti, untuk mengembangkan pangan alternatif seperti sorgum. Tanaman pangan peringkat lima di Indonesia ini sudah dikembangkan di Kecamatan Arjasa, dan berhasil panen dengan jumlah yang cukup besar.
Selain itu, Kelompok tani yang berada di sekitar areal pengembangan tanaman sorgum, juga berhasil berinovasi dengan mengolah sorgum menjadi makanan konsumsi. Dan ternyata peminatnya cukup tinggi. “Saat ini kami terus menyosialisasikan sorgum sebagai pangan alternatif pengganti beras, tidak menutup kemungkinan produk ini bisa menjadi pangan utama, karena rasanya enak dan gizinya lebih tinggi dari beras,” pungkasnya kemarin. (ans)

1744129950993