PENYAKIT Stunting telah menjadi salah satu masalah gizi yang dialami penduduk Indonesia. Banyak cara untuk mengurangi prevalensinya, salah satunya adalah dengan mengonsumsi singkong. Apa hubungannya?
Meski dianggap makanan “murahan”, singkong ternyata banyak kandungan nutrisi yang dapat mencegah stunting. Singkong mengandung empat nutrisi penting yang bisa memenuhi kebutuhan gizi seseorang.
Berdasarkan riset Peneliti Ahmad Fathoni dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, singkong jadi salah satu komoditas pangan karbohidrat tinggi. Tak cuma sering dikonsumsi biasa, tapi sering dipakai menjadi bahan baku industri.
“Ada beberapa jenis singkong kandungan nutrisinya besar. Yaitu mentega 2 dan carvita 25, kandungan nutrisinya bisa mencegah stunting,” kata Ahmad kepada wartawan di Gedung LIPI, Gatot Subroto.

Dua jenis singkong itu, sebut Ahmad, setidaknya mengandung empat nutrisi penting untuk mencegah stunting. Termasuk beta karoten vitamin A, zat besi, protein, dan seng.
Nutrisi tersebut pasti dibutuhkan manusia, khususnya pada balita sampai anak-anak yang sedang mengalami masa pertumbuhan baik. Maka tak ada salahnya, Anda memberikan makan singkong kepada si kecil dengan berbagai produk olahan.
Ahmad mengembangkan singkong tersebut sebagai bahan pangan berkualitas, melalui pengolahan pascapanen untuk menghasilkan produk tepung termodifikasi atau disebut mocaf. Salah satunya untuk bahan baku pembuatan mie sayur. “Inovasi ini merupakan upaya mempertahankan kualitas nutrisi bahan pangan untuk berbagai produk olahan makanan,” bebernya.
Tak hanya tinggi nutrisi, tambah Ahmad, kelebihan dari singkong adalah mudah ditanam di mana saja. Kondisi tanah di 34 provinsi, sekalipun yang sering mengalami kekeringan bisa ditanami singkong. Indonesia bahkan menjadi negara ke-3 penghasil singkong, setelah Thailand dan Nigeria.
Dari sini kita lihat bahwa singkong menarik, kita pergi kemana saja bisa makan singkong karena mudah ditanam. Bahkan bisa dijadikan makanan pokok pengganti nasi,” paparnya. Di kesempatan sama, Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI Yuly Astuti mengatakan, pemenuhan gizi seperti singkong ini bisa membantu mengintervensi tingginya kasus stunting di Indonesia. Walau jumlahnya menurun dibandingkan hasil Riskesdas 2013, pemerintah dan masyarakat harus tetap berusaha cegah stunting.
“Intervensi gizi spesifik umumnya dilakukan di sektor kesehatan. Ditujukannya kepada ibu hamil serta anak dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan. Intervensi ini hanya berkontribusi sebesar 30% untuk penurunan stunting,” kata Yuly.
Dari hasil Riskesdas 2018, proporsi status gizi sangat pendek dan pendek pada balita Indonesia berada di angka 30,8% pada 2018. Status gizi sangat pendek dan pendek ini menimbulkan masalah stunting, yakni masalah gizi kronis dengan indikasi tinggi badan tidak optimal. Di sisi lain, prevalensi diabetes naik dari 6,9% menjadi 8,5%.(mrt)







