Surabaya -Ratusan warga di Jawa Timur terkena wabah Leptospirosis. Bahkan beberapa di antaranya dikabarkan meninggal dunia. Sebenarnya apa itu Leptospirosis? Bagaimana gejala, cara mencegah, sekaligus cara atasinya? Simak penjelasannya berikut ini.
Sebelumnya, ratusan warga Pacitan dikabarkan terkena penyakit Leptospirosis atau kencing tikus. Beberapa di antaranya bahkan telah dinyatakan meninggal dunia. Pula tercatat, setidaknya ada lima warga Sampang yang juga alami hal serupa.
Bahkan, wabah ini juga terjadi di daerah lain di Jawa Timur, seperti Gresik, Probolinggo, Lumajang, hingga Tulungagung. Tak ayal jika Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, menekankan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap wabah ini. Namun, mungkin masih banyak orang yang belum mengetahui apa itu wabah Leptospirosis.
Pengertian dan penyebab Leptospirosis
Leptospirosis atau penyakit kencing tikus pada dasarnya jenis penyakit yang muncul dari bakteri leptospira. Bakteri ini menular dari hewan ke manusia.
Selain tikus, kontak langsung dengan anjing, babi, kucing, kambing, atau sapi, juga bisa menularkan penyakit infeksi akut ini. Namun, bisa juga melalui lingkungan sekitar, seperti tanah, genangan air, maupun banjir. Di mana lingkungan tersebut telah tercemar oleh bakteri leptospira.
Sehingga adanya luka atau goresan yang terdapat pada kulit tubuh, bisa membuat bakteri ini dengan mudah dan cepat menular ke manusia.

Gejala yang diderita
Umumnya mereka yang terkena wabah ini, akan mengalami beberapa gejala seperti sakit kepala, badan lemah, dan demam tinggi di atas 38 derajat celcius. Gejala lain pun bisa saja dialami penderita leptospirosis, misalnya muncul warna kemerahan pada area selaput mata, nyeri otot hingga kesulitan berjalan, hingga warna kekuningan (inkerik) pada mata dan kulit.
Pencegahan
Untuk pencegahannya, tentu saja dengan menjaga kebersihan lingkungan. Mulai dari menyimpan makanan maupun minuman agar aman dari jangkauan tikus, menghindari sampah yang menumpuk, mencuci tangan setelah melakukan suatu aktivitas, hingga menggunakan pelindung, seperti alas kaki, sarung tangan.
Sebisa mungkin hindari genangan air, lumpur, atau bahkan banjir. Terlebih jika mempunyai luka atau goresan di kulit. Karena bakteri ini akan lebih mudah menyebar melewati luka terbuka. Jika terpaksa, mungkin bisa diminimalisir dengan perban anti air.
Cara Atasinya
Orang yang mengalami gejala-gejala leptospirosis ini, hendaknya segera melakukan konsultasi ke dokter. Biasanya penangan awal yang dilakukan dokter ialah dengan memberikan antibiotik. Hal ini bertujuan agar tidak memicu masalah akut, kerusakan organ penting, hingga kematian.
Untuk pengobatan lebih mendalam tentu saja menyesuaikan dengan kondisi pasien. Jika tidak terlalu parah atau tergolong ringan, mungkin hanya perlu waktu sekitar tujuh hari untuk proses pengobatannya.
Namun jika alami leptospirosis akut, maka perlu mendapatkan perawatan khusus dari rumah sakit dengan injeksi ceftriaxone.