Bondowoso- Postingan di group whatsapp Forum Bondowoso Maju yang anggotanya merupakan para Kepala OPD, tokoh masyarakat, wartawan, serta LSM sempat menghangat.
Pasalanya Anggota DPRD Bondowoso dari Fraksi PKB Harley menyoroti soal Inseminasi Buatan (IB) atau stroll untuk kawin suntik.
Harley yang berdomisili di Desa/Kecamatan Cermee beramgkat dari Dapil II mengkritisi para petugas IB yang menarik sejumlah uang kepada warga Cermee yang menyuntikkan Sapinya dengan sekali suntik Rp 50 ribu
“Inseminasi, yang semestinya gratis, di lapangan masih bayar (boleh cek di lapangan), per hari setiap petugas mampu nyuntik sekitar 15 sampai 20 sapi, jika klaim ke pemerintah 50 ribu rupiah saja ditambah 50 ribu dari masyarakat maka perhari 15 sapi x 100 ribu = 1.5 juta perhari. Jadi pendapatan setiap bulan 45 juta bagi seorang petugas IB,” ungkap Harley dalam tulisannya di group whatsapp
Harley menambahkan di daerahnya sebagian masyarakatnya memanggil petugas IB dari luar Kabupaten Bondowoso. datang ke orang yang ngasih uang lebih tinggi.
Program baik ini mestinya harus ditangkap oleh pemerintah daerah dengan sungguh – sungguh.

“Contoh, daerah kan punya data berapa jumlah sapi, berapa jumlah strol IB yang disediakan oleh pusat, berapa seharusnya penyediaan petugas yang ideal,” ungkapnya.
Harley menambahkan justru dengan adanya program IB gratis sangat membantu pendapatan masyarakat peternak. Sebab, jika dikawinkan dengan sapi biasa, anakan sapi harganya hanya sekitar 3 juta. Tetapi jika anakan sapi hasil IB bisa sekitar 10 juta.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan a M. Halil menjawab cuitan Harley dengan mengatakan pelayanan IB gratis. Setiap pengambilan sterol (sperma) sapi selalu dirapatkan 2 minggu sekali.
“Setiap dilakukan evaluasi pelayanan dikatakan tidak boleh memungut biaya dari peternak. Juga, dari pengakuan teman teman IB, manakala dipanggil malam hari oleh masyarakat utamanya yang ada di daerah jauh dan sulit dijangkau (seperti Desa Jiret Mas, Solor, Batusalang/Ampar, Kladi Bajuran, Suling Wetan /Kulon) peternak memberi sukarela / ganti BBM,” papar M. Halil.
Itupun kata Halil diperintahkan untuk ditolak, tetapi di lapangan peternak merasa dilayani dengan baik apalagi pada malam hari (dini hari sesuai birahi sapi),peternak memberi bantuan transport pada petugas Inseminator dengan sukarela dan tanpa ada paksaan, apalagi meminta balas jasa pelayanan.
“Kalau punya data teman teman Inseminator yang menarik dan peternak yang ditarik kami beri informasi dan kami tindak lanjuti dan Evaluasi. Terimakasih atas informasinya untuk perbaikan pelayanan pada masyarakat,”harapnya.
Sementara itu, ada seorang peternak yang ikut bersuara dalam grup whatsapp itu. “Bukan HARUS tapi bentuk rasa terimakasih kami sebagai peternak yang kadang malam-malam enak-enak tidur di telpon datang nyuntik, betapa sangat perhatiannya dalam melayani kami, kami Ikhlas walau kadang petugas menolak, sekedar uang rokok/bensin petugas tidak meminta bahkan menerangkan kalau IB Gratis kepada kami. Soal IB saya tahu di lapangan bahwa petugasnya rata rata hanya tenaga sukwan, kemungkinan hanya sebagai ongkos transportasi saja. Saya menimbang bahwa jika kembali pada masyarakat, nominal 50 ribu itu hanya sebagai tanda terima kasih, ketimbang masyarakat sendiri yang nyeduk sapinya sendiri,” tulis warga tersebut.***